KS, JAKARTA – Intelektual memiliki peran yang penting untuk membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi setiap potensi ancaman atau bahaya di Tanah Air. BNPB menggandeng mereka melalui kolaborasi dan sinergi pentaheliks penanggulangan bencana. Hal tersebut diangkat dalam diskusi webinar nasional sebagai rangkaian Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2021.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan, S.T., M.Si. menyampaikan bahwa intelektual sebagai bagian dari pentaheliks sangat berkontribusi dalam penanggulangan bencana. Ia mengatakan, peran ilmuwan dan peneliti memberikan sumbangsih karya dan kerja dalam pengurangan risiko bencana.
“Mereka merupakan pakar atau akademisi sebagai bagian dalam pentaheliks penanggulangan bencana di Indonesia,” ujar Lilik sebagai keynote speaker dalam webinar bertema ‘Peran Intelektual dalam Membangun Ketangguhan Menghadapi Bencana’ pada Sabtu (23/10/2021).
Sementara itu, Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si. menyampaikan bahwa Indonesia mengalami berbagai kejadian bencana. Namun demikian, pengalaman ini menjadikan masyarakat semakin tangguh dalam menghadapinya. Terkait dengan berbagai kejadian bencana yang terjadi, Syamsul menekankan bahwa Indonesia bukan sebagai negeri supermarket bencana.
“Kita harus mulai dengan paradigma baru, yaitu Indonesia sebagai laboratorium bencana,” ungkap Syamsul Maarif pada webinar tersebut.
Ia juga mengungkapkan bahwa akademisi dan intelektual memiliki peran khusus yang sangat bermanfaat dalam mendorong ketangguhan bersama. Saat menjabat Kepala BNPB periode pertama, Syamsul selalu menekankan peran perguruan tinggi dalam penanggulangan bencana. End to end dari penanggulangan bencana adalah keselamatan jiwa manusia.
Syamsul merupakan penggagas lahirnya konsep keilmuan dalam menanggulangi bencana, khususnya pengurangan risiko bencana. Ia sangat mendorong teknologi karya anak bangsa melalui kajian atau pemutakhiran riset maupun peralatan yang bermanfaat dalam penanggulangan bencana.
Melalui webinar, para narasumber menyatakan bahwa para intelektual memiliki peran strategis untuk membangun ketangguhan menghadapai bencana. Mereka dengan kemampuan pemikiran kritis dapat melakukan pendekatan kolaboratif di tingkat daerah dan pusat. Para akademisi maupun pakar diharapkan selalu bersinergi dengan heliks lainnya, yaitu pemerintah, masyarakat, lembaga usaha dan media massa.
Webinar yang terselenggara dengan kerja sama Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) dan Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (DPP PIKI), menghadirkan narasumber Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si. (Ketua Dewan Pembina IABI), Dr. Suprayoga Hadi, MSP (Wakil Ketua 1 IABI Bidang Kerja sama), Dr. Wilson Therik (Ketua Pusat Studi Bencana UKSW).
Sambutan pembuka webinar tersebut menghadirkan Ketua Umum IABI Ir. Harkunti Pertiwi, Ph.D. dan Ketua Umum DPP PIKI Dr. Badikenita Putri Sitepu, S.E., M.Si. (Wid)