KS, Jakarta – Salah satu persoalan di tengah pandemi adalah limbah medis infeksius Covid-19. Limbah infeksius ini merupakan limbah medis yang tergolong sampah bahan berbahaya dan beracun atau B3.
Limbah infeksius seperti masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien, hingga alat dan sampel hasil swab.
Terbatasnya pengolahan limbah B3 medis masih terbatas, sehingga Dinas Lingkungan Hidup diminta dapat mendukung dan membantu FASYANKES (Fasilitas pelayanan kesehatan) sesuai Pemenlhk Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
“Ini baru uji coba ya, sebenarnya alat ini untuk memusnahkan sampah 12 ton residunya adapun sampah infeksius ini hanya dalam uji coba apa di rekomendasi atau tidak, kita sambil menunggu intruksi dari pimpinan.” Ujar Edy Mulyanto, Kepala Seksi Penanganan Kebersihan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Sudin LH Jakarta Barat. Kamis (16/09/2021).
Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Kalau tidak dikelola dengan baik, limbah medis dari penanganan pasien dengan penyakit menular dikhawatirkan menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas, dan masyarakat sekitar.
BACA JUGA : TPST Bantargebang Overkapasitas, Pepen: Kaji Ulang Kerjasama dengan Pemprov DKI
Dalam uji coba pembakaran sampah/limbah di TPS 3R RW.05 Kelurahan Cengkareng Barat, kompleks Kebersihan Bambu Larangan, hadir pula pemerhati sampah yang merupakan Duta Besar Seychelles Nico Barito.
“Apresiasi untuk pemerintah DKI Jakarta yang mencoba menyelesaikan sampah di kota Jakarta, ini tidak mudah loh. Gerakan-gerakan menyelesaikan sampah di tingkat bawah itu sangatlah mulia.” Kata Nico Barito sesaat akan meninggalkan TPS, setelah dilakukan uji coba pembakaran sampah.
Sistem pemusnahan sampah akan ampuh jika melibatkan berbagai kalangan yang terkait, melalui koordinasi yang serius. Dengan demikian, TPA tidak lagi sekadar tempat penumpukan akhir yang selalu membebani lingkungan sekitar.
BACA JUGA : Indonesia Kerja Keras Wujudkan Komitmen Atasi Sampah Plastik
Beberapa pakar berpendapat, penanganan sampah di kota-kota besar tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang.
Setiap program mempunyai target tertentu, mulai dari meningkatkan kesadaran warga, penjadwalan membuang sampah, hingga akhirnya penggunaan teknologi tepat guna. (adp)
