KS, KABUL – Para pejabat dan media Amerika Serikat (AS) serta India khawatir China melangkah ke dalam kekosongan yang ditinggalkan Washington setelah penarikan dramatis tentara AS dari Afghanistan.
China dilaporkan tertarik mengeksploitasi kekayaan mineral senilai USD3 triliun yang ada di bawah tanah Afghanistan yang dilanda perang.
Mantan Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di era Donald Trump telah menyatakan kekhawatiran China akan masuk dan mengambil Pangkalan Udara Bagram.
BACA JUGA : Empat Tewas dalam Pertempuran di Provinsi Parwan Afghanistan
Pangkalan itu adalah fasilitas militer strategis yang pernah menjadi inti pendudukan AS di Afghanistan.
“Kita perlu mengawasi China karena saya pikir Anda akan melihat China bergerak ke Pangkalan Angkatan Udara Bagram, dan saya pikir mereka juga bergerak di Afghanistan dan mencoba menggunakan Pakistan untuk menjadi lebih kuat melawan India,” ujar Haley, berbicara kepada Fox News sepertri dilansir dari sindonews.com, Minggu (5/9/2021)
Dia tidak merinci bagaimana China dapat “mengambil langkah” untuk Bagram. Sementara China terus mempertahankan kehadiran diplomatik di Afghanistan setelah runtuhnya pemerintah Kabul, Beijing tidak diketahui memiliki pasukan militer di Afghanistan.
Haley mengundurkan diri sebagai duta besar untuk PBB pada akhir 2018 diduga karena ketidaksepakatan dengan Trump mengenai kebijakan sanksi Rusia.
Dia mengungkapkan ketakutannya dalam wawancara Fox bahwa bersama kelompok teroris, Moskow mungkin menjadi berani setelah penarikan AS dari Afghanistan.
BACA JUGA : Tiga Tewas dalam Tragedi Runtuhnya Terowongan Bawah Tanah di Gaza
“Kita perlu memastikan bahwa kita akan melakukan upaya antiteroris di seluruh dunia karena kita sekarang akan melihat dengan kemenangan moral yang dimiliki para jihadis. Anda akan melihat kampanye perekrutan besar-besaran di seluruh dunia… pastikan keamanan siber kita kuat karena aktor seperti Rusia akan terus meretas kita, karena kita tidak menunjukkan tanda-tanda mau melawan,” papar Haley.
Amerika Serikat telah bertahun-tahun menuduh Rusia terlibat dalam serangan peretasan berbahaya terhadap pemerintah AS, perusahaan swasta, dan bahkan infrastruktur pemilu, tetapi belum memberikan bukti konklusif dalam kasus ini.
Bulan lalu, penyelidikan Sputnik menemukan Badan Intelijen Pusat AS memiliki kemampuan teknis untuk menipu serangan siber dan membuatnya tampak seperti sedang dipentaskan dari mana saja di dunia.
Amerika Serikat mengevakuasi Pangkalan Udara Bagram, pangkalan AS terbesar dan paling strategis di Afghanistan, terletak sekitar 60 km dari Kabul, pada Juli. Saat itu evakuasi yang lebih luas dari Afghanistan dimulai pada Mei dengan perintah Presiden AS Joe Biden.
Pada puncak pendudukan AS di negara itu, Bagram menampung puluhan ribu tentara AS dan NATO, serta berfungsi sebagai pusat dari mana pasukan dapat dikerahkan di seluruh negeri.
Para pejabat militer Afghanistan mengeluh pada saat penarikan bahwa mundurnya AS dilakukan secara rahasia, di tengah malam, dan para penjarah diizinkan mengais-ngais fasilitas sebelum pasukan Afghanistan dapat mengambil alih. (int/red)