KS, JAKARTA – Wilayah pesisir Kota Jakarta terancam tenggelam hingga 4,6 meter di bawah permukaan laut pada 2050 apabila pemerintah tidak melakukan kebijakan apa pun untuk mencegahnya. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal, saat menjadi narasumber dalam webinar, Kamis (2/9/2021) kemarin.
Menurutnya, saat ini permukaan tanah di wilayah Muara Baru, yang berlokasi di pesisir Jakarta sudah berada 1 meter di bawah permukaan laut pada 2020.
“Kalau kita tidak melakukan sesuatu bisa jadi Muara Baru 2050 berada minus 4,6 meter di bawah permukaan air laut. Ini lah ancaman itu kalau kita tidak melakukan sesuatu. Situasi ini telah menyebabkan wilayah pesisir Jakarta rentan mengalami banjir rob yang juga masih kerap terjadi hingga saat ini,” kata Yusmada.
BACA JUGA : DP: Indeks Kebebasan Pers di Indonesia Meningkat
Yusmada mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan Jakarta menghadapi ancaman tergenang, salah satunya penurunan permukaan tanah akibat pemanfaatan air tanah secara berlebihan serta beban dari pembangunan gedung.
Dinas SDA mencatat laju penurunan permukaan tanah di Jakarta mencapai 20 centimeter per tahun pada 1997 hingga 2011, namun sejak 2011 hingga 2018 laju penurunan permukaan tanah mulai berkurang menjadi maksimal 12 centimeter per tahun.
“Ini menunjukkan laju penurunan tanah di Jakarta masih terjadi, tetapi kedalaman dan penurunannya sudah berkurang. Salah satunya karena kita berupaya mengendalikan pengambilan air tanah,” ujar dia.
Selain itu, Jakarta juga menghadapi ancaman tergenang akibat luapan air sungai maupun air hujan yang tidak lagi bisa mengalir secara alami ke laut sehingga harus dialirkan melalui kanal banjir.
Faktor lainnya yang juga menambah ancaman Jakarta tenggelam adalah meningkatnya permukaan air laut akibat perubahan iklim global.
BACA JUGA : Nono Sampono : RUU Daerah Kepulauan, Solusi Atasi Ketertinggalan Daerah Kepulauan
Sementara itu, Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan ancaman tenggelamnya Jakarta akan jauh lebih berkurang apabila permukaan tanah di ibu kota tidak menurun. Pasalnya, kenaikan permukaan laut di Indonesia hanya berkisar 6-7 milimeter per tahun, sedangkan di Jakarta sekitar 5 milimeter per tahun.
Heri memproyeksikan hanya 292 hektare wilayah Jakarta yang berada di bawah permukaan laut akibat kenaikan permukaan laut, apabila tidak terjadi penurunan permukaan tanah.
Namun faktanya, sebanyak 14,43 persen atau 9.556 hektare wilayah Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut pada 2020 sebagai dampak perubahan iklim, meningkatnya permukaan laut, serta penurunan permukaan tanah.
“Kalau kita hanya berbicara ‘sea level rise’ saja, tidak ada penurunan tanah, hanya sedikit yang akan berpotensi tenggelamnya, tapi ketika ada penurunan tanah menjadi signifikan,” papar dia.
Heri juga memproyeksikan sebanyak 24,86 persen atau 16.460 hektare wilayah Jakarta akan berada di bawah permukaan laut pada 2035 apabila dampak dari perubahan iklim akan semakin nyata. Sedangkan pada 2050 jumlahnya akan bertambah menjadi 18.756 hektare atau 28,33 persen dari total wilayah Jakarta
“Tetapi ini hanya proyeksi, belum tentu akan benar-benar terjadi. Ini tergantung upaya kita,” kata dia.
Heri menekankan pentingnya manajemen risiko serta pemetaan risiko bencana untuk mencegah hal ini. Dia menilai ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan yakni membuat tanggul pantai, muara, dan laut.
Selain itu, penting untuk menghentikan penggunaan air tanah dengan mencari sumber air baku lain dan membangun infrastruktur penunjangnya. (int/red)