KS, JAKARTA – Memanfaatkan momentum Hari Pahlawan, Greenpeace Indonesia mengantarkan 1.000 kartu pos dari masyarakat di seluruh Indonesia kepada Presiden Joko Widodo. tersebut berisikan informasi, kesan, dan pesan, agar pemerintah benar-benar melihat dampak perubahan iklim terhadap tempat tinggal dan ekosistem di sekitar masyarakat yang menuliskan pesan di kartu pos tersebut.
Pengantaran 1.000 kartu pos dibalut dalam aksi berupa patung es seorang anak, dengan pesan kunci bahwa masa depan anak cucu kita sedang dalam ancaman besar perubahan iklim. Adalah tugas kita, pemimpin saat ini untuk memastikan bumi yang masih hijau, udara yang masih segar, tetap tersedia bagi mereka.
“Laporan para ilmuwan dalam Kelompok Kerja I IPCC jelas memberitahukan bahwa kejadian cuaca yang ekstrem semakin kerap terjadi dan kian buruk, sehingga diperlukan bukan hanya kebijakan penanganan dampak perubahan iklim, tetapi juga aksi iklim yang nyata dan sesegera mungkin dari Pemerintah, seperti memangkas ketergantungan kita terhadap energi yang bersumber dari industri ekstraktif dan segera melakukan transisi ke ekonomi hijau,” ujar Adila Isfandiari, Peneliti Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.
Menurut data BNPB, bencana hidrometeorologi memiliki angka kejadian tertinggi dalam dua dekade terakhir. Selama tahun 2021, hingga 9 November, telah terjadi 2.329 bencana alam di Indonesia, dan hampir 90% adalah bencana hidrometeorologi. Dari angka 2.329, bencana banjir mendominasi sebesar 41%, dimulai dari banjir besar di Kalimantan Selatan yang terjadi pada awal tahun, hingga banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, minggu lalu. Seiring dengan peningkatan temperatur global, frekuensi terjadinya bencana iklim dan cuaca ekstrim akan semakin tinggi dan menimbulkan dampak yang lebih parah di masa depan sebagai wujud nyata dari krisis iklim.
Adila menambahkan, setiap anak yang dilahirkan saat ini akan mengalami kejadian ekstrem yang diakibatkan oleh krisis iklim, seperti kekeringan, banjir, kebakaran hutan, siklon tropis, hingga gagal panen, sejumlah tujuh kali lebih sering dibandingkan generasi kakek nenek mereka yang lahir pada tahun 1960-an.
“Komitmen dan kepemimpinan Presiden Jokowi sangat diperlukan khususnya dalam perhelatan COP 26. Besar harapan, setelah COP berakhir akan ada langkah ambisius yang akan dilakukan pemerintah, apalagi tahun depan Indonesia memegang presidensi G20. Sebagai tuan rumah, Indonesia diharapkan bisa menjadi teladan bagi anggota G20 dan negara berkembang lainnya, dalam mencapai target 1,5 derajat Celcius. Tidak dengan melakukan perdagangan karbon, tetapi dengan meninggalkan energi kotor, khususnya batu bara,dan mewujudkan nol deforestasi, karena dua sektor yakni energi dan kehutanan adalah sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia. Krisis iklim sudah jelas-jelas mengancam kehidupan kita saat ini, apalagi kehidupan generasi anak cucu kita di masa depan,” tegas Adila.
“Nol deforestasi harus menjadi salah satu target utama yang harus dicapai oleh kita. Bukan justru dengan perdagangan karbon, yang bisa memberikan ruang bagi penghasil emisi atau pelaku deforestasi melarikan diri dari tanggung jawabnya. Serta perusakan hutan atas nama pengembangan perekonomian dan ketahanan pangan, yang juga berakibat pada hilangnya hak masyarakat adat atas tanah mereka, harus diakhiri,” sebut Iqbal Damanik, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia. (Wid)