KS, JAKARTA – Menurut Pemuda Muhammadiyah, spirit Sumpah Pemuda itu adalah satu bentuk kedaulatan budaya, kalau proklamasi itu bentuk kedaulatan politik, jadi sumpah dengan semangat ke-Indonesiaan, dan berkumpulnya anak muda sampai saat ini tetap menjadi tonggak gerakan-gerakan pemuda. Hanya saja, keteladanan kepada pemuda ini masih menjadi masalah.
“Tetapi problem terbesarnya di dalam kompleksitas perpolitikan tadi apakah keteladanan anak muda sebagai perekat di dalam dunia politik sudah pernah terjadi atau tidak, atau anak muda tetap memberikan parsialitas politiknya, dengan masuknya ke berbagai partai politik dan hanya menjadi politik identitas semata,” Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto dalam Dialektika Demokrasi yang bertajuk “Peran Pemuda di Kancah Politik Nasional” di Media Center DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/10/2021).
Padahal, kata pria yang akrab disapa Cak Nanto ini, parpol itu hanya kendaraan politik saja, begitu juga dengan sistem daerah pemilihan (dapil), jangan sampai kedua hal itu mengkotak-kotakan kekuatan pemuda Indonesia. Jadi, skeptisnya anak muda terhadap politik itu karena kurangnya teladan dari kalangan muda yang telah lebih dulu terjun ke politik.
“Kita berhadapan dengan politisi muda yang saat ini di dalam yang ditangkap KPK juga sudah banyak dan anak-anak muda dan itu saya kira satu tantangan baru bagi yang sebelumnya, ini sudah skeptis contohnya. Anak muda perlu ditambah lagi dengan perilaku yang terkena oleh situasi budaya korupsi, itu saya rasa menjadi tantangan besar bagi anak-anak muda,” terangnya.
Oleh karena itu, Cak Nanto ingin adanya suatu dorongan kewajiban bagi anak muda untuk menjadi bagian dari politik, karena kalau ini tidak dikelola yang baik, maka kemungkinan politik akan dikelola oleh orang-orang yang tidak baik, sehingga produk yang dihasilkan kemunkinan besar menjadi tidak baik. Politik juga menjadi target dakwah terbesar, mungkin ceramah lain tetap didengar, tapi kapan anak muda akan melakukan lompatan perubahan.
“Maka saya berharap bahwa harus banyak anak muda ini masuk ke politik itu harus bersaing, jangan-jangan sekarang apakah ada kaukus muda antar partai yang memikirkan anak muda, di negara saja sekarang Kementeriannya antara Kementerian Pemuda dan Olahraga digabung. Coba lihat postur rencana kedepannya lebih banyak olahraganya daripada banyak pembinaan pemudanya,” kritiknya.
Oleh karena itu, dia menginginkan agar bonus demografi Indonesia bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga Indonesia Emas 2045 bisa tercapai. Dengan saat ini banyaknya anggota DPR dari kalangan muda, diharapkan bisa memberikan teladan kepada muda-mudi Indonesia agar tertarik berkecimpung di politik dan memberikan perubahan.
“Saya berharap anak muda di DPR RI menjadi satu bentuk kekuatan dan teladan biar yang pesimis itu di luar menjadi tertarik, tapi kalau anak muda juga sudah misalnya tidak memberikan optimisme, saya khawatir semakin jauh mereka temen-temen keluar dari ranah kebijakan dan diambil oleh orang-orang yang memiliki kekuatan super power,” tandasnya. (Wid)