KS, JAKARTA – Jelang penyelenggaraan Pemilu 2024 yang serentak ruang digital agar dijaga dengan bersih dari berbagai informasi hoaks dan radikalisme.
Kerena itu, masyarkaat Indonesia harus tetap waspada pada informasi tak bertanggung jawab yang seringkali muncul, terutama pemilih pemula. Dengan demikian, perkembangan digital diharapkan mampu menjawab tantangan zaman.
Oleh Karena itu, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siber Kreasi menbahas bagaimana menciptakan ruang digital yang aman dalam NGOBRAS atau Ngobrol Bareng Legislator dengan tema “Pemilu Damai Ruang Digital Aman” pada Rabu, (26/1/2024).
Menurut Prof. Dr. Widodo Muktiyo, S.E, M.COMM – Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa. Hidup tak lepas dari komunikasi, karena manusia selalu berinteraksi satusama lain dan berkomunikasi menggunakan berbagai cara, bahkan gestur tubuh.
“Interaksi sosial masyarakat dapat menjadi modal menciptakan kedamaian, termasuk dalam penyelenggaraan pemilu,.” Ungkap Widodo.
Pada Pesta Demokrasi tahun 2024, terdapat penambahan 12 persen pemilih pemula. Disamping itu, pemilu saat ini menjadi salah satu pemilu yang paling dinamis karena diiringi perkembangan di dunia digital.
Saat ini, proses konsumsi, produksi, dan distribuisi informasi dapat dilakukan siapa saja. Sehingga arus informasi akan mengalir deras di semua platform sumber informasi.
Karena itu, nalar kritis harus dipertajam jangan sampai terjebak narasi yang menjebak, sehingga merasa benar terhadap pilihan sendiri.
Saat ini masayrakat Indonesia menggunakan ponsel selama 6 jam perhari, dengan mayoritas mengakses media sosial. Hal ini, menjadi modal untuk mengakses data yang faktual dan benar. “Bagaimana kita menggunakan hak pilih secara bijak. Tak usah mengancam dan mempengaruhi yang lain.” Ungkap Widodo
Semenara itu, Fadhlullah, S.E – Anggota Komisi I DPR RI berharap masyarakat Aceh memilih dengan bijak wakil-wakilnya. Karena itu, Fadhlullah berharap estafet kepemimpinan yang baik terus berlanjut.
Senada dengan Fadhlullah, Dr. Usman Lamreung, M.Si, selaku pengamat politik Aceh dan Akademisi Universitas Abulyatama mengatakan, pemilu diselenggarakan sebagai sarana partisipasi masyarakat untuk memilih wakilnya dan saat pemilu berlangsung terjadi pergeseran kekuasaan dari rakyat ke negara.
Sehingga proses ini sangat sacral dan perlu kedamaian dalam penyelenggaraannya.
“Pemilu damai merupakan pemilu yang jujur dan bermartabat sebagai tolok ukur kedewasaan demokrasi dengan menciptakan ruang digital yang sehat,” tegas Usman. (ris)