April 19, 2024

Kabar Senator

Media Aspirasi dan Inspirasi Daerah

Home » Driver Ojol Ngadu ke DPD RI Minta Perjuangkan Potongan Komisi Kemitraan

Driver Ojol Ngadu ke DPD RI Minta Perjuangkan Potongan Komisi Kemitraan

KS, JAKARTA – Sejumlah komunitas driver ojek online atau Ojol mengadukan keluhannya terkait potongan kemitraan ke lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atau DPD RI. Pasalnya, potongan kemitraan sebesar 20 persen dinilai terlalu besar apalagi disaat kondisi pandemi seperti saat ini.

“Kita berharap realisasi potongan komisi driver. Di masa pandemi, saat susah order, banyak penyekatan, potongan 20 persen sangat memberatkan. Kita minta di angka 5 persen atau kalau tidak bisa ya win-win solution di angka 10 persen,” ujar Andi Ksistiyanto Ketua Serikat Ojol Indonesia (Seroja) saat menyampaikan keluhannya kepada anggota Anggota DPD RI, di komplek Senayan, Jakarta, Senin (23/8/2021).

Ada dua poin yang menjadi aspirasi komunitas ojol yang tergabung dalam Seroja (Serikat Ojol Indonesia) itu. Pertama seperti yang disampaikan oleh Andi Kristiyanto (Ketua Umum Seroja), terkait potongan pendapatan mitra atau driver di masa pandemi yang tetap tinggi, yakni 20 persen.

Kedua terkait legalitas atau payung hukum transportasi berbasis online yang hingga saat ini belum ada. Rahman dari Forum Komunikasi Driver Online Indonesia (FKDOI) meminta ada revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

“Kita ingin UU No 22 ini direvisi sehingga mengakomodasi pasal tentang kendaraan roda dua jadi transportasi khusus terbatas. Kita sangat paham kendaraan roda dua tidak bisa menjadi transportasi umum. Tapi faktanya aktivitas ojek online saat ini dibutuhkan sekali di era ekonomi berbasis digital,” ucap dia.

Komunitas ojol berharap DPD menjadi pelabuhan terakhir bagi mereka dalam menyampaikan aspirasi. Mereka meminta DPD benar-benar memperjuangkan nasib mereka secara konkrit. Karena menurut mereka, aspirasi itu sudah pernah disampaikan ke DPR dan Presiden. Ternyata tidak berhasil juga.

Sementara itu, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, melalui staf khusunya, Sefdin Syaifudin mengatakan, LaNyalla sangat paham kondisi ojol di tengah pandemi. Dia meminta aplikator untuk berempati dengan situasi sulit saat ini. Apalagi aplikator dan driver merupakan mitra yang seharusnya ada keseimbangan dan saling menguntungkan.

“Kita fokuskan dulu pada aspirasi pertama, tentang potongan 20 persen per sekali antar atau per trip pemesanan yang memberatkan ojol di masa pandemi ini. Ketua DPD akan panggil semua pihak, difasilitasi Ketua DPD duduk bareng, membicarakan hal itu agar bisa diturunkan potongannya,” ujarnya.

Menurut Sefdin, perlu kajian mendalam jika berbicara payung hukum karena menyangkut perlindungan pekerja sektor informal.

“Di dalamnya harus ada tentang kesehatan, perlindungan jaminan sosial, jaminan hari tua, dan lain-lain. Agak kompleks, sehingga memang perlu kajian dan banyak pihak yang ikut serta dalam pembahasan,” katanya lagi.

Pada intinya, Ketua DPD sepakat bahwa transportasi online, khususnya ojek online harus jelas ‘induknya’ atau mempunyai ‘akta kelahiran’. Sebab sejak ojek berbasis online ada di tahun 2012 status induknya di negara ini belum jelas.

“Memang harus jelas berinduk dimana, Kemenhub atau Kominfo, agar ojol tidak dianaktirikan. Tidak dilempar kesana-kesini kalau ada masalah,” ujar Sefdin.

Berkaitan dengan regulasi atau payung hukum ojek online yakni revisi UU No 22 tahun 2009, Bustami Zainudin mengatakan DPD bisa menginisiasi hal itu. Hal-hal yang tidak tertampung di dalam UU itu harus disikapi.

“Kami di Komite II dan Komite III akan membahasnya, dari sisi lalu lintas dan ketenagakerjaannya,” ujar Bustami.

DPD RI berencana akan memanggil pihak terkait, antara lain aplikator, asosiasi driver, pihak pemerintah terkait seperti Kemenhub atau Kominfo. (red)

ArabicChinese (Simplified)EnglishIndonesianRussianSpanish