
KS, JAKARTA – Bencana banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di tanah air akibat curah hujan tinggi.
Sejak awal tahun 2025 bencana banjir sering melanda wilayah Jabodetabek, sehingga pemerintah dengan dinas terkait sering kali melakukan razia terhadap bangunan-bangunan yang dianggap melanggar ketentuan dan peraturan.
Untuk itu, IAI Jakarta berharap peran Arsitek selain mendesian bangunan sesuai keilmuannya, juga dapat menjadi filter pencegah bencana banjir.
“Arsitek harus memperhatikan berbagai aspek lingkungan pada tapak dan wilayah sekitar, serta mentaati peraturan yang berlaku” ujar Ar. Teguh Aryanto, IAI, ketua Ikatan arsitek Indonesia Jakarta.
“Salah satu caranya dengan mengecek peruntukan wilayah tersebut. Apakah bisa boleh untuk dibangun atau tidak terutama di wilayah dataran tinggi,” tambah pria yang biasa dipanggil Gigo.
“Arsitek dapat menjadi garda terdepan untuk mencegah bencana banjir, dengan memperhatikan lingkungan, tapak dan aturan sehingga bisa turut andil meminimalisir bencana banjir,” ujar ketua ikatan Arsitek Jakarta di sela-sela pameran arsitek Arch id , akhir pekan lalu di Serpong Tangerang Selatan.
Menurutnya, Arsitek harus terlebih dulu melakukan riset dan memperdalam ilmu lingkungan terkini serta aturan-aturannya “contohnya tidak boleh membangun di bantaran sungai atau di wilayah yang ditetapkan sebagai konservasi alam atau di daerah resapan air,“ ujarnya.
Selain itu, Arsitek juga harus memperhatikan aliran air, drainase, buangan limbah cair dan padat serta resapan air di wilayah bangunan yang akan dibangun. *